A. Pengertian Tentang Jender
Apa arti dari jender ?
Jender berasal dari bahasa Latin, yaitu `Genus`, berarti tipe atau jenis. Jender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Karena dibentuk oleh sosial dan budaya setempat, maka jender tidak berlaku selamanya tergantung kepada waktu (trend) dan tempatnya. Jender juga sangat tergantung kepada tempat atau wilayah, misalnya kalau di sebuah desa perempuan memakai rok. Karena bentukan pula, maka jender bisa dipertuakrkan. Misalnya, kalau dulu pekerjaan memasak selalu dikaitkan dengan perempuan, maka sekarang ini sudah mulai banyak laki-laki yang malu karena tidak bisa mengurusi dapur atau susah karena tergantung kepada perempuan untuk tidak kelaparan.
Apa perbedaan seks dan jender ?
Jender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Misalnya, laki – laki mempunyai penis dan bisa memproduksi sperma, sementara perempuan mengalami menstruasi, bisa mengandung dan melahirkan serta menyusui.
Bagaimana bentuk hubungan jender ?
Hubungan jender adalah hubungan sosial laki – laki dengan perempuan yang bbersifat saling membantu atau sebaliknya, serta memiliki banyak perbedaan dan ketidaksetaraan. Hubungan jender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedaan suku, agama, status sosial maupun nilai (tradisi dan norma yang dianut)
B. Berbagai Anggapan Peranan Jender
Jenis kelamin setiap individu yang sudah dimiliki sejak lahir dan dengan sikap atau perilaku yang menandakan mereka sebagai laki-laki atau perempuan. Istilah seks mangacu pada fisik laki – laki atau perempuan. Seks meliputi perbedaan kromosom, hormon, dan bagian tubuh laki – laki atau perempuan saat lahir. Istilah jender berdasarkan pada ciri peranan, sifat, sikap dan perilaku laki-laki dan perempuan berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, perempuan mempunyai ciri feminin dan laki – laki mempunyai ciri – ciri maskulin.
Jender merupakan konsep yang berubah – ubah karena pandangan yang berbeda bagi setiap kebudayaan serta perubahan zaman. Apa yang dianggap sebagai maskulin dan feminin dalam satu nmasyarakat tertentu belum tentu benar untuk masyarakat lain. Sebagai ilustrasi:
· Pada suku Zumi di Indian, perempuan secara seksual lebih agresif dibandingkan laki – laki
· Di Philipina, mereka beranggapan bahwa pekerjaan bangunan adalah `kerja berat` yang cocok untuk pria, sedangkan di India dan Thailand, ini adalah pekerjaan berupah rendah yang dianggap hanya cocok untuk perempuan.
Dalam suatu masyarakat tertentu, semua perempuan diharapkan untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan peran feminin yang sudah ditentukan, sama seperti laki – laki diharapkan untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan peran maskulin yang sudah ditentukan ini yang disebut sebagi peranan jender. Peranan jender ditentukan oleh masyarakat. Kecenderungan suatu masyarakat untuk menetapkan ciri tertentu pada laki – laki dan perempuan disebut tipe-tipe peranan jender. Oleh karena adanya penentuan peranan jender, ciri yang ditetapkan untuk laki – laki diharapkan ada pada semua laki – laki dan yang ditetapkan untuk perempuan ada pada semua perempuan. Di bawah ini ada beberapa ciri jender laki - laki dan perempuan di dalam masyarakat kita:
LAKI - LAKI | PEREMPUAN |
· Kuat · Berani, agresif · Mandiri · Rasional · Tegas · Pantas menjadi kepala keluarga, · Mereka memiliki sifat poligami | · Lemah · Penakut, pasif · Emosional · Tidak tegas · Pantas untuk mengambil peranan kedua · Memiliki sifat monogami |
Penentuan tipe – tipe jender diperoleh melalui sosialisasi.
Sosialisasiadalah proses dimana masyarakat mempengaruhi anggotanya untuk menentukan sikap dan pengharapan.
Selama proses pendewasaan berlangsung, orang belajar berbicara, berfikir dan berperasaan, itulah saat mereka menginternalisasikan sikap dan pengharpan sosial untuk berperilaku.
Sosialisasi manusia dalam suatu kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh berbagai institusi sosial. Terutama dalam masyarakat philipina ada keluarga, sekolah, tempat ibadah dan media massa yang merupakan lambang yang dapat mempromosikan atau mendukung penentuan peranan berbagai tipe jender.
1. Keluarga
Keluarga dianggap sebagai lembaga paling dasar dan mempunyai pengaruh besar terhadap individu, karena pembentukan seorang individu hampir seluruhnya dihabiskan dan dikembangkan dalam lingkungan keluarga. Sosialisasi saat anak dilahirkan. Ada yang berpendapat bahwa, sosialisasi akan melalui empat tahap:
Tahap 1
Manipulasi : Anggota keluarga memperlakukan bayi laki – laki dan perempuan secara berbeda. Saat masih bayi, mereka memperoleh nama yang bersifat maskulin atau feminin. Bayi perempuan ditangani lebih hati – hati dibandingkan dengan bayi laki –laki.
Tahap 2
Konalisasi : Anggota keluarga dan orang lain mengarahkan perhatian anak pada mainan khusus untuk jender tertentu dan mennunjukkan warna tertentu. Anak laki –laki diberi mobil – mobilan dan mesin sedangkan anak perempuan diberi boneka dan alat dapur mainan. Anak perempuan didorong untuk bermain rumah – rumahan dan meniru kegiatan rumah tangga ibunya. Anak laki – laki dan perempuan membiasakan diri dengan mainan tertentu, secara tidak sadar mengajari mereka tentang peran yang sudah ditentukan di masa depan.
Tahap 3
Panggilan secara verbal : Termasuk kata – kata yang menunjukkan pada anak – anak seperti apa mereka seharusnya dan apa yang diharapkan dari mereka. Termasuk di sini adalah ungkapan seperti `Anak perempuan yang cantik` dan `anak laki – laki yang berani` dan `anak laki – laki tidak menangis` dan `anak perempuan tidak memanjat pohon`.
Tahap 4
Ekspose secara aktif : Memastikan bahwa anak akrab dengan tugas – tugas yang berhubungan dengan jender. Anak laki – laki diharapkan untuk bermain atau ikut dalam kegiatan luar rumah, sedangkan anak perempuan didorong untuk melakukan permainan yang kegiatannya di dalam rumah atau membantu ibu dengan tugas rumah tangga dan mengasuh anak.
2. Sistem Sekolah
Sekolah formal mendukung peranan jender antara siswa putra dan putri. Saat siswa masuk sekolah, anak laki – laki dan perempuan diajar untuk berperilaku sebagaimana yang diharapkan dari mereka. Bahkan dalam pemilihan mata pelajaran, anak perempuan didorong untuk mengambila mata pelajaran yang mengarah pada kegiatan di dalam rumah. Buku pelajaran dan bahasa yang digunakan juga penuh dengan berbagai pesan yang menjelaskan perbedaan peranan jender.
3. Tempat Ibadah
Pembedaan peran jender antara laki – laki dan perempuan dikhotbahkan dan ditentukan oleh Tuhan sebagaimana petunjuk dalam berbagai lambang dan upacara keagamaan. Sebagai contoh, dalam upacara pernikahan jawa, pengantin laki – laki menginjak telur sampai pecah, kemudian pengantin perempuan membasuh dengan air kaki pengantin laki – laki sampai bersih. Hal ini menyiratkan posisi perempuan lebih rendah dari pada posisi laki – laki dalam sebuah perkawinan.
4. Media Massa
Media menapilkan gambarqan yang berbeda mengenai laki – laki dan perempuan. Sering kali, perempuan memiliki gambaran yang negatif. Perempuan sering kali digambarkan oleh media sebagai ibu rumah tangga yang bahagia yang puas hanya dengan melakukan pekerjaan rumah, menjadi ibu atau istri yang penuh kasih sayang.
Dalam iklan, gambaran jender digunakan untuk menarik minat konsumen untuk membeli produk tertentu. Dalam iklan, digambarkan sebagai ibu rumah tangga dan ibu yang mengasuh anak – anak yang tugas utamanya adalah untuk melayani keperluan suami dan keluarga, menjaga supaya rumah dan cucian teap bersih, menyiapkan makanan yang berlimpah, mengantarkan anak dan suami yang akan berangkat kerja dan menunggu sampai mereka kembali ke rumah.
Perempuan juga digambarkan sebagai objek seks. Perempuan seksi, yang biasanya berpakaian minim dipakai untuk mempromosikan minuman keras, rokok dan berbagai produk khusus untuk pria. Sebaliknya, laki – laki digambarkan sebagai olahragawan, juara dalam olahraga yang berbahaya dan penuh tantangan, terlibat dalam profesi yang sukses atau sedang bersenang – senang sambil minum dengan rekan – rekannya.
Masyarakat mempengaruhi anggotanya, seringkali tanpa sadar, untuk menerima peranan tertentu. Peranan jender ini memberi dampak pada laki – laki dan perempuan dalam banyak cara dan membatasi hal – hal yang ingin dilakukan oleh masing – masing orang dalam hidup ini, hubungan mereka dengan lawan jenis, pilihan karir mereka, untuk menyebutkan beberapa hal.
Karena stereotip peranan ini ditentukan oleh masyarakat dan bisa berubah, setiap orang mempunyai pilihan untuk keluar dari peranan tersebut. Mereka bisa menggunakan kekuatan dalam diri mereka sebagai individu untuk merubah peranan yang ditentukan oleh masyarakat untuk mereka.
Comments
Post a Comment