Fenomena Pemilihan Rais 'Aam PBNU

Semestinya KH Mustofa Bisri menjabat yang merupakan Rais Aam PBNU musim khidmat 2015 -2020. Lantaran terhadap rapat 9 anggota Ahlul Halli wal Aqdi atau AHWA, Gus Mus, sapaan akrabnya diakui menduduki posisi paling tinggi di NU tersebut. Namun dirinya menolak dikarenakan merasa tak patut.
“Itu (jabatan Rais Aam, red) maqam-nya Hadratus Syaikh,(&) Kiai Wahab,” jelasnya sama seperti dilansir web resmi Pesantren Tebuireng, Kamis (6/8/2015). Dirinya merasa tak patut mengemban amanah jadi rais aam utk kepengurusan PBNU lima thn akan datang.
Kalaupun muktamirin & 9 anggota Ahwa sudah pilih beliau juga sebagai rais aam, dgn tegas dia menolak. “Itu kan pandangan orang, aku tahu ukuran aku itu, aku tetap jauh dari kriteria yg ditentukan itu,” tandasnya.
Kiai yg pula sastrawan ini turut prihatin bersama beredarnya tuduhan bahwa Muktamar ke-33 NU di Jombang sarat kecurangan & politik duit. Baginya, jumlahnya isu & fitnah tersebut mestinya tak berjalan di NU. “Sebetulnya itu isu-isu, fitnah, itu nggak pantas sama sekali ada di dalam NU. Oleh Sebab Itu aku nangis di hadapan Hadratus Syaikh,” menurutnya.
Diwaktu berada di makam tersebut, Gus Mus pernah meratap, “Mbah Hasyim, kulo sak santri kabeh nyuwon pangapunten Mbah Hasyim, mboten saget jaga NU, mas Dur nek sampen tese wonten tentu mboten wonten masalah dados meniko,” ujarnya sembari menangis,
Perkataan Gus Mus seputar artinya “Mbah Hasyim, aku & seluruh santri mohon maaf, aku tak bisa menjaga NU, Mas Dur (Gus Dur) seandainya kamu tetap ada, tentu tak ada masalah seperti ini.”
Apabila akhlak tak terpuji seperti itu masihlah diteruskan, yg justru dikhawatirkan Gus Mus kelak pelakunya mendapat bencana (kualat) dari para muassis atau pendiri NU, utamanya Hadratus Syaikh. “Saya kuatir kualat bersama Hadratusyaikh,” menurutnya. “Allahumma na’udzubillahi min dzalik ya Allah,” lanjutnya sembari meninggalkan Pesarean Tebuireng.
Gus Mus ziarah ke makam Pesarean Tebuireng dgn sebanyak orang. Beliau juga tak meminta perlakukan special dgn berada di dalam ruang dalam pagar makam, tetapi berbaur bersama peziarah lain.
Sementara itu terpilihnya KH Ma’ruf Amin yang merupakan Rais Aam PBNU adalah ketetapan yg cocok. Mengingat sebelum ada ketetapan Ahlu Halli Wal Aqdi (Ahwa), KH Mustofa Bisri mengirim surat opini bila tak dapat & tak bisa jadi rais aam lagi.
hal tersebut menunjukkan bahwa posisi strategis juga tak jadi rebutan di Nahdlatul Ulama (NU). “Saya mengikuti rapat Ahwa,” kata KH Ahmad Fahrur Rozi. Di situ 100 prosen kiai tulen, & saling menolak jadi rais aam, lanjut Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Malang, Rabu (5/8/2015).
Ketetapan Ahwa pula tak lepas dari KH Maimun Zubair. Ia telah pilih KH Mustofa Bisri juga sebagai rais aam. “Pokoknya KH Mustofa Bisri mesti ingin jadi rais aam,” tambah Wakil Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah ini dalam akun facebooknya.
KH Ma’ruf Amin pun tak menolak bila beliau diakui sbg wakil rais aam. Opini ini diungkapkan saat berikan sambutan sesudah diumumkannya juga sebagai rais aam di depan muktamirin.

“Saya menerima pekerjaan ini juga sebagai kepatuhan terhadap para ulama, lantaran ini dipilih oleh ulama. Oleh lantaran itu kami tak akan berjanji, tetapi kami menggandeng bersama-sama buat membesarkan & menguatkan NU. Kita kuatkan Aswaja, kita hidupkan amaliah-amaliah Nahdliyyin,” papar KH Ma’ruf Amin dalam sambutannya

Comments